SEJARAH
PERKEMBANGAN BAWANG MERAH
Pengembangan teknologi budidaya bawang
merah yang adaptif terhadap perubahan iklim global menggunakan metode
pengembangan teknologi budidaya, optimasi pemupukan kalium pada bawang merah di
tanah latosol Tajur, dan pemanfaatan residu P dan K pada tanah-tanah pertanian
intensif. Pengembangan teknologi pengendalian hama dan penyakit terpadu
biointensif bawang merah menghadapi perubahan iklim global menggunakan metode
deteksi dan eliminasi virus pada umbi bawang merah. Sample yang digunakan
sebanyak 12 varietas bawang merah diperoleh dari Cirebon, Brebes, Majalengka,
Kuningan, dan Bandung.
Pengembangan teknologi penyimpanan
jangka panjang bawang merah segar pada suhu rendah untuk mengantisipasi
fluktuasi produksi sebagai akibat dari perubahan iklim menggunakan metode
pengaruh pemberian aliran udara terhadap daya simpan benih umbi bawang merah
dan pengaruh penyimpanan suhu rendah benih bawang merah (Allium ascalonicum L.)
terhadap pertumbuhan benih. Ukuran umbi dan penyimpanan pada suhu rendah
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bawang merah yang ditunjukkan dengan
perbedaan daya tumbuh, tinggi, jumlah daun, dan persentase berbunga. Pemodelan
teknologi produksi yang telah berhasil dilakukan yaitu pembuatan bubuk, pasta,
dan minyak bawang merah. Pengolahan bawang merah tersebut dapat mempertahankan
mutu bawang merah dalam jangka waktu yang lebih lama. Bubuk dan pasta bawang
merah biasanya digunakan sebagai bumbu dasar masakan. Pasta bawang merah adalah
produk olahan dari bawang merah dengan bentuk plastis seperti margarin atau
mentega. Minyak bawang merah merupakan sejenis bumbu instant yang dapat
digunakan pada mie instant, bubur ayam, dan makanan lainnya. Uraian
pengembangan sentra produksi bawang merah di Indonesia melalui pemberdayaan
petani dan diversifikasi sentra produksi umbi bawang merah konsumsi dan bibit
diawali dengan mendeskripsikan kondisi produksi bawang merah secara nasional di
Indonesia, dan 10 provinsi serta 10 kabupaten.
Brebes tak cuma dikenal sebagai kota
telur asin yang legendaris. Kota kecil di pesisir utara Provinsi Jawa Tengah
ini juga dikenal sebagai sentra brambang atau bawang merah yang kualitasnya
nyaris tak tertandingi di seantero Indonesia.
Tak heran jika bawang merah dari Brebes
ini menguasai pasar di Jawa Tengah menembus pasar bawang nasional, bahkan
dicari pedagang di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta. Begitu terkenalnya brambang
Brebes, sampai-sampai bawang merah impor pun harus ”transit” ke Brebes sebelum
beredar di Pasar Induk Kramatjati.
Bagi masyarakat Kabupaten Brebes bawang
merah merupakan bagian yang tidak bisa dipisah dari mereka, hampir di setiap
sudut wilayah di temukan tanaman bawang merah seperti terlihat di pelosok
Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Dari data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Holtikultura Kabupaten Brebes sentra bawang merah terbesar pada 11 Kecamatan
dari 17 Kecamatan diwialayah Kabupaten Brebes meliputi Kecamatan
Brebes,Wanasari, Bulakamba, Tonjong, Losari, Kersana, Ketanggungan,Larangan,
Songgom, Jatibarang dan sebagian Banjarharjo.
Luas panen Bawang Merah pertahun sekitar
20.000 hingga 30.000 hektare dengan rata-rata kepemilikan lahan setiap petani
sekitar 0,25 hektare terdapat sekitar 100.000 petani yang menggantungkan
hidupnya dari bawang merah, ratusan ribu buruh tani lainya para pedagang, kuli
panggul, sopir angkutan hingga buruh petik yang menggantungkan hidupnya dari
bawang merah.
Rata-rata untuk proses pengolahan tanah
hingga panen pada lahan seluas satu hektare di butuhkan sekitar 400 hingga 500
satuan kerja, selama ini sektor pertanian merupakan sektor yang dominan di
Kabupaten Brebes. Sekitar 2jt penduduk Kabupaten Brebes 70 persenya diantaranya
bekerja pada sektor pertanian bahkan sektor pertanian menopang sekitar 53
persen Produk Domestik Regional Brutto Kabupaten Brebes.
Dengan rata-rata kepemilikan lahan
sekitar 0,25 hektare penghasilan dari bawang merah bisa untuk menghidupi
keluarga budidaya bawah merah diperkirakan mulai berkembang di Brebes sejak
tahun 1950 dan di perkenalkan oleh warga keturunan warga keturunan Tionghoa
yang tinggal di Brebes hingga saat ini budidaya bawang merah menjadi nafas
kehidupan masyarakat.
Berbagai Varietas bawang unggulan juga
dihasilkan dari Brebes antara lain varietas Bima Brebes, varietas Bawang Bima
Brebes memiliki warna merah menyala terasa lebih pedas dan lebih keras bila
dibandingkan bawang dari luar daerah atau luar negeri.
Produksi Bawang Merah Brebes tidak hanya
dinikmati masyarakat setempat saat ini sekitar 30 persen lebih pasokan bawang
merah nasional berasal dari brebes sementara untuk wilayah Jawa Tengah Brebes
memasok sekitar 75 persen lebih kebutuhan bawang merah.
Pada 2010, produksi bawang merah
Kabupaten Brebes mencapai 400.501 ton, atau 79,09 persen dari total produksi
bawang merah di seluruh wilayah Jawa Tengah yang jumlahnya 506.357 ton.
Terhadap produksi bawang nasional yang jumlahnya 1.048.934 ton, Brebes
menyumbangkan 38,18 persen dari total produksi.(dari berbagai sumber)
VARIETAS BIMA
BREBES
(Lampiran SK. Menteri Pertanian No. 594/Kpts/TP
290/8/1984)
Varietas ini berasal dari daerah lokal
Brebes. Umur tanaman 60 hari setelah tanam. Tanaman berbunga pada umur 50 hari.
Tinggi tanaman 25-44 cm. Tanaman agak sukar berbunga. Banyaknya
anakan 7-12 umbi per rumpun. Bentuk daun berbentuk silinder berlubang. Warna
daun hijau, jumlah daun berkisar 14-50 helai. Bentuk bunga seperti payung. Warna
bunga berwarna putih. Banyak buah per tangkai 60-100 (83). Banyaknya bunga per
tangkai 120-160 (143). Banyaknya tangkai bunga per rumpun 2-4. Bentuk biji
bulat, gepeng dan berkeriput. Warna biji hitam. Bentuk umbi lonjong bercincin
kecil pada leher cakram. Warna umbi merah muda. Produksi umbi 9,9 ton/ha. Susut
bobot umbi (basah-kering) 21,5%.
Cukup tahan terhadap penyakit busuk umbi
(Botrytis alli). Peka terhadap penyakit busuk ujung daun (Phytophthora
porri). Baik untuk dataran rendah. Para penelitinya adalah Hendro Sunarjono,
Prasodjo, Darliah dan Nasrun Harizon Arbain.
0 Komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Komentar Disini