Pages

Ads 468x60px

Kamis, 24 Maret 2016

Bawang Merah dan Permasalahannya


I.       PENDAHULUAN
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan Jawa Tengah Khusunya daerah Tegal dan Brebes yang  sangat fluktuatif  harga maupun produksinya.  Hal ini terjadi karena pasokan produksi yang tidak seimbang antara panenan pada musimnya serta panenan di luar musim, salah satu diantaranya disebabkan tingginya intensitas serangan hama dan penyakit terutama bila penanaman dilakukan di luar musim.  Selain itu bawang merah merupakan komoditas yang tidak dapat disimpan lama, hanya bertahan 3-4 bulan padahal konsumen membutuhkannya setiap saat.
Masalah utama usahatani bawang merah di luar musim adalah tingginya resiko kegagalan panen karena lingkungan yang kurang menguntungkan , terutama serangan hama dan penyakit.  Hama dan penyakit penting pada bawang merah antara lain : ulat bawang (Spodoptera exigua) dan Thrips , sedangkan penyakitnya meliputi antraknose, fusarium dan trotol.
Keberadaan hama dan penyakit tersebut menyebabkan petani menggunakan pestisida secara berlebihan karena petani beranggapan bahwa keberhasilan usahatani ditentukan oleh keberhasilan pengendalian hama dan penyakit, yaitu dengan meningkatkan takaran, frekuensi dan komposisi jenis campuran pestisida yang digunakan.  Akibatnya biaya usatani bawang merah semakin tinggi dan keuntungan yang diperoleh tidak seimbang serta  tidak memperhatikan konsep pertanian ramah lingkungan. Dampak lain penggunaan pestisida yang berlebihan yaitu ledakan dari hama sekunder.
Untuk mengantisipasi masalah di atas salah satu usaha yaitu mencari dan menggali varietas-varietas bawang merah yang mempunyai sifat-sifat unggul terutama dalam hal produksi serta ketahanan terhadap hama dan penyakit utama sehingga varietas bawang merah tersebut mampu berproduksi walaupun serangan hama dan penyakit cukup berat. Bilamana varietas unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit diperoleh maka varietas tersebut dapat ditanam pada luar musim sehingga kesinambungan produksi bawang merah dapat terjamin.
Dari 141 varietas bawang merah yang ada termasuk varietas introduksi belum didapatkan varietas yang tahan terhadap penyakit di atas kecuali varietas Sumenep yang relatif tahan terhadap penyakit “Otomatis” tetapi tidak tahan terhadap penyakit “Alternaria”.  Sayangnya varietas ini tidak mampu berbunga  dan belum diketahui cara merangsang bunganya, serta berumur panjang walaupun mempunyai kualitas terbaik untuk bawang  goreng (Permadi, 1992).  Beberapa galur somaklonal dari varietas Sumenep sudah dihasilkan oleh Balitsa Lembang dan sudah dilakukan uji daya hasilnya di beberapa lokasi.  Hasil somaklonal dari varietas Sumenep mempunyai umbi yang lebih besar dengan warna yang lebih mengarah kemerah muda dibandingkan varietas Sumenep yang asli.  Diharapkan galur somaklonal Sumenep tetap mempunyai sifat tahan terhadap hama dan penyakit utama serta mempunyai umbi besar , warna menarik dan rasa bawang goreng yang lebih enak.
             
II.    PERMASALAHAN
1.      Adanya perbedaan produksi pada musim kemarau dan musim hujan
Fluktuasi produksi  selalu terjadi pada usahatani bawang merah yang disebabkan adanya perbedaan produksi di musim kemarau dan musim hujan.   Pada  musim hujan intensitas serangan hama terutama Spodoptera exigua dan penyakit seperti Fusarium, Alternaria dan Antraknose semakin tinggi.  Sehingga kegagalan panen sering terjadi pada musim hujan. Hal ini disebabkan pada musim hujan, kelembaban udara lebih tinggi dibandingkan musim kemarau sehingga intensitas serangan penyakit lebih tinggi. Sedangkan pada musim kemarau suhu udara lebih tinggi dibandingkan musim hujan sehingga intensitas serangan hama lebih tinggi dibandingkan intensitas serangan penyakit (Rosmahani et al, 1998)  Oleh karenanya produktivitas di musim hujan semakin menurun dan pasokan produksi juga menurun sehingga terjadi fluktuasi harga.  Sehingga diperlukan adanya varietas bawang merah yang sesuai untuk musim kemarau dan musim hujan 
2.      Belum cukup tersedia varietas unggul bawang merah yang resisten terhadap  hama dan penyakit penting serta sesuai pada musim hujan
Sampai saat ini belum  tersedia varietas unggul bawang merah yang resisten terhadap hama dan penyakit penting kecuali varietas Sumenep.  Sayangnya varietas Sumenep belum disukai konsumen bawang merah karena penampilan umbinya kurang menarik dengan warna umbi kekuningan dan bentuk umbinya lonjong dan kecil.  Namun somaklonal dari varietas Sumenep dapat menghasilkan umbi dengan ukuran yang lebih besar dari varietas  aslinya dan warna umbi merah muda. Selain itu varietas Sumenep sangat renyah dan enak untuk bawang goreng.  Dan nampaknya hasil somaklonal varietas Sumenep mempunyai daya adaptasi yang luas pada beberapa agroekologi di dataran rendah hingga dataran tinggi (Baswasiati et al, 2000)
Varietas bawang merah yang selama ini ditanam oleh petani umumnya varietas yang sesuai ditanam di musim kemarau saja namun rentan terhadap serangan hama ulat grayak serta penyakit penting pada bawang merah. Seperti halnya 8 varietas unggul yang telah dilepas Pemerintah antara lain varietas Bima Brebes, Maja, Keling, Medan , Super Philip, Kramat-1, Kramat-2 dan Kuning hanya sesuai untuk musim kemarau.  Sedangkan varietas unggul bawang merah yang sesuai pada musim hujan dan telah dilepas Pemerintah hanya varietas Bauji.  
Usahatani bawang merah pada musim kemarau menghasilkan pasokan produksi yang tinggi karena cukup banyak ragam varietas yang dapat ditanam di musim kemarau.  Seperti halnya di sentra produksi Brebes, petani menanam beragam varietas bawang merah yang ada, termasuk varietas Sumenep.  Sedangkan di Jawa Timur, petani hanya menanam varietas Super Philip karena produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya.
Pada musim hujan, petani tetap menggunakan varietas yang sesuai untuk musim kemarau seperti Super Philip, Bima, Kuning, Maja  karena keterbatasan varietas yang sesuai untuk musim hujan .  Varietas Bauji untuk sementara ini ditanam oleh petani di wilayah Nganjuk dan Kediri pada musim hujan, walaupun sebenarnya sudah dikenal petani Probolinggo dengan nama bawang Biru dan ditanam oleh petani Probolinggo pada musim kemarau dan musim hujan.
3.      Ketergantungan petani bawang merah terhadap benih impor
Dalam usahatani bawang merah, benih merupakan salah satu faktor produksi yang memerlukan biaya tinggi, dengan kebutuhan benih sekitar 800-1.200 kg/ha.  Tingginya kebutuhan benih bawang merah baik dalam bentuk benih komersial maupun benih sumber , ternyata belum diikuti produksi benihnya. Selain itu petani bawang merah di Indonesia nampaknya sangat tergantung terhadap benih impor seperti varietas Super Philip dan varietas dari  Thailand, India dan Vietnam (berkembang di daerah Brebes). Padahal benih impor varietas bawang merah yang tersebar di Indonesia merupakan bawang merah untuk konsumsi yang disimpan 2-3 bulan.  Hal ini karena belum banyak produsen yang mau bergerak di bidang  perbenihan bawang merah. (Indrawati dan Padmono, 2001) .  Kendala tersebut disebabkan antara lain : a) usaha perbenihan bawang merah membutuhkan modal yang cukup tinggi dan areal serta gudang yang luas, b) pengetahuan dan ketrampilan SDM terutama dalam produksi benih masih rendah , c) daya simpan benih bawang merah rendah (2-5 bulan ) dengan susut bobot yang tinggi , d) permasalahan penyimpanan benih dapat diatasi dengan pembentukan benih berupa biji, sayangnya ketrampilan ini cukup sulit disosialisasikan pada petani        
4.      Kendala dalam hal sosialisasi dan substitusi varietas unggul bawang merah
Nampaknya selera produsen dan konsumen bawang merah di beberapa wilayah sentra produksi di Indonesia  cukup beragam dalam memilih dan mengembangkan suatu varietas. Konsumen dan produsen bawang merah di Jawa Timur sangat menyukai varietas Super Philip karena produktivitasnya tinggi, umbi besar dan bulat, warna umbi menarik – merah keunguan mengkilat walaupun rasanya tidak terlalu pedas.  Oleh karenanya varietas Super Philip menyebar merata pada semua areal pertanaman bawang merah di Jawa Timur dengan luasan 25.000 hektar dan selalu dijumpai di pasar wilayah Jawa Timur.          
Sedangkan di wilayah Kabupaten Brebes sebagai sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia (dengan luas areal tanam 16.993 hektar) dan di Jawa Tengah pada umumnya (dengan luas areal tanam 55.578 hektar) terdapat varietas bawang merah yang beragam (Diperta Propinsi Jateng, 2001).  Varietas-varietas yang dikembangkan di Jawa Tengah terdiri dari varietas lokal dan varietas introduksi , antara lain : Bima Brebes, Kuning, Sumenep, Ampenan, Maja Cipanas, Medan, Tawangmangu Baru, Super Philip, India, Thailan dan Vietnam (Indrawati dan Padmono, 2001).  Hal ini menunjukkan perbedaan selera konsumen dan produsen di beberapa wilayah   yang mempengaruhi terhadap perkembangan suatu varietas unggul/varietas baru.
Seperti halnya varietas Bauji  yang telah dilepas menjadi varietas unggul untuk musim hujan  nampaknya baru berkembang di daerah asalnya yaitu di kabupaten Nganjuk dan sekitarnya.  Usaha untuk sosialisasi varietas Bauji sudah dilakukan pada setiap kesempatan , baik  secara formal dan non formal seperti Temu Lapang, Pelatihan dan pertemuan dan wawancara langsung dengan petani bawang merah .  Namun sampai saat ini varietas Bauji baru berkembang dengan luas areal tanam sekitar 5.000 hektar.  Hal ini karena produktivitas varietas Bauji lebih rendah dibandingkan varietas Super Philip bila ditanam di musim kemarau .  Sedangkan pada musim hujan, varietas Bauji lebih unggul dibandingkan varietas Super Philip.  Selain itu oleh para tengkulak , hasil panen varietas Bauji dihargai lebih rendah dibandingkan varietas Super Philip sehingga petani memilih menanam varietas Super Philip walaupun musim hujan.  Dan keterbatasan produsen benih varietas Bauji dengan usaha dalam skala kecil yang hanya berada di Nganjuk dan beberapa di Kediri mempengaruhi ketersediaan benih varietas tersebut.

III. PEMILIHAN VARIETAS
Banyak varietas bawang merah yang dibudidayakan di Indonesia.  Sampai saat ini perbanyakan dari varietas-varietas tersebut dilakukan secara vegetatif dengan umbi, padahal varietas tersebut mampu berbunga dan berbiji secara alami kecuali varietas Sumenep.  Karena selalu dibiak secara vegetatif maka praktis tidak ada perubahan susunan genetiknya dan karena itu sampai sekarang tidak didapatkan varietas yang tahan terhadap penyakit daun yang sering menggagalkan pertanaman bawang merah (Permadi, 1992).
Terdapat dua varietas unggul bawang merah yang baru dilepas oleh Menteri Pertanian pada bulan Maret 2000 dan usulan pelepasannya dilakukan oleh BPTP Jawa Timur.  Kedua varietas tersebut adalah Super Philip (atau lebih dikenal oleh petani sebagai varietas Philipine) dan varietas Bauji yang berasal dari Kediri/ Nganjuk .  Serta satu varietas yaitu Batu Ijo yang masih dalam proses pelepasannya.
Varietas Bauji merupakan varietas lokal yang belum banyak dikenal oleh petani bawang merah.  Namun di sentra produksi bawang merah Nganjuk dan Kediri sudah umum di tanam di musim hujan.  Keragaan tanaman varietas Bauji agak berbeda dengan varietas Super Philip terutama pada penampilan daun dan umbinya.  Daun bawang merah varietas Bauji lebih ramping (kecil) dengan warna lebih hijau dan sudut antara daun lebih kecil dibanding Super Philip.  Varietas Bauji bila ditanam di musim hujan nampak lebih kekar dibanding varietas Super Philip dan beberapa varietas lain seperti Bima, Ampenan, Kuning dan sebagainya. Namun bila Bauji ditanam di musim kemarau kurang vigour pertumbuhannya dibandingkan varietas Super Philip.  Varietas Bauji akan tumbuh dan berproduksi lebih baik di musim hujan karena varietas ini lebih menyukai pada kelembaban udara yang tinggi dan tahan terhadap curah hujan yang tinggi mulai awal pertumbuhan sampai tanaman dipanen.  Sedangkan varietas bawang merah lainnya kecuali varietas Sumenep sudah tidak mampu tumbuh dan berproduksi dengan baik karena daunnya sudah hancur terkena air hujan (Baswarsiati dkk, 1995 dan 1996; Rosmahani dkk, 1997; Korlina dkk, 1998).
Dari hasil pengujian tersebut tampak bahwa produktivitas varietas Bauji lebih tinggi dibanding varietas pembanding lainnya kecuali dengan Bali Ijo bila ditanam di musim hujan. Hasil umbi kering bisa mencapai 13,65 ton per hektar dengan jumlah anakan per rumpun lebih dari 10 serta tinggi tanaman di atas 35 cm.  Ciri penting dari varietas Bauji yaitu daunnya nampak lebih langsing (sempit) dengan warna daun hijau tua, daun tebal, sudut daun kecil (lebih tegak), warna umbi merah keunguan mengkilat, bentuk umbi bulat lonjong dan daun nampak kekar bila ditanam di musim hujan.
Varietas bawang merah Bauji yang merupakan varietas lokal asal Nganjuk telah dilepas dengan Keputusan Menteri Pertanian  No 65/Kpts/TP.240/2/2000 sebagai varietas unggul untuk musim hujan karena memiliki daya hasil tinggi dan stabil, toleran terhadap kelembaban udara tinggi dan curah hujan tinggi.
Sedangkan bawangmerah varietas Philipine yang merupakan introduksi dari Philipine, sudah lebih dari 15 tahun dikenal dan ditanam petani dan telah menyebar ke berbagai sentra produksi bawangmerah .  Saat ini di Jawa Timur, hampir seluruh petani bawangmerah menanam varietas Philipine dan tidak lagi menanam varietas bawangmerah lokal seperti Ampenan, Bima yang dulu sebelum munculnya varietas Philipine mendominasi varietas bawangmerah yang ditanam petani. Luas tanam bawang merah varietas Philipine hampir di seluruh areal pertanaman bawang merah di Jawa Timur yaitu sekitar 24.610 hektar  (Diperta Prop. Jatim, 1998)
Keistimewaan varietas Super Philip adalah bentuk umbi bulat dengan warna merah keunguan mengkilat, umbi besar dengan rata-rata 8-10 g/umbi dan hal ini sangat disukai konsumen. Selain itu varietas Philipine mampu bertahan dipenyimpanan lebih dari 4 bulan.  Tinggi tanaman bisa lebih 40 cm dan bila ditanam di dataran tinggi dengan kondisi tanah subur bisa mencapai tinggi lebih 50 cm.  Jumlah anakan berkisar 10-12, umur panen 55-60 hari bila ditanam di dataran rendah dan 70 hari bila ditanam di dataran medium sampai tinggi. Sedangkan produktivitas varietas Philipine yaitu 17 – 18 t/ha umbi kering  Oleh karenanya varietas Philipine telah dilepas oleh Menteri  Pertanian menjadi varietas unggul dengan nama Super Philip berdasarkan  Keputusan No 66/Kpts/TP.240/2/2000.
Varietas Batu Ijo merupakan varietas lokal asal Batu yang telah ditanam petani kawasan Batu puluhan tahun dengan nama asal Bali Ijo. Varietas ini telah diusulkan pelepasannya karena mempunyai beberapa kelebihan antara lain umbi sangat besar (> 20 gram/umbi) mirip dengan bawang Bombay. Jumlah anakan sedikit 2-5 anakan per rumpun. Daun tanaman lebih lebar seperti bawang daun.  Batu Ijo sesuai ditanam di musim kemarau , di dataran rendah hingga dataran tinggi (10-1300 m dpl).
   
IV. KESESUAIAN AGROEKOLOGI
Persyaratan kesesuaian agroekologi untuk usahatani bawang merah terutama ditentukan oleh kelembaban, tekstur, struktur dan kesuburan tanah.  Secara umum tanaman bawang merah memerlukan bulan kering 4-5 bulan , curah hujan 1000-1500 mm/th, drainase dan kesuburan baik, tekstur lempung berpasir dan struktur remah (Widjajanto et al, 1998). Sedangkan setiap varietas bawang merah mempunyai daya adaptasi yang lebih khusus pada agroekologi tertentu , seperti halnya varietas Super Philip dan Bauji.
Bawang merah varietas Super Philip dapat diusahakan mulai di dataran rendah hingga di dataran tinggi, yaitu 20 m – 1000 m dpl. Sangat sesuai ditanam di musim kemarau dengan sinar matahari dibutuhkan sebanyak-banyaknya dan lahan tidak ternaungi. Tanah yang diinginkan yaitu berdrainase baik dan kesuburan tinggi, tekstur lempung berpasir dan struktur remah dengan pH 6-6,5.  Dapat dibudidayakan di lahan sawah, lahan kering atau lahan tegalan, dengan jenis tanah bervariasi dari Aluvial, Latosol dan Andosol  (Baswarsiatiet al, 1998).
Bawangmerah varietas Bauji dapat diusahakan di dataran rendah yaitu 20 m –400 m dpl, sangat sesuai ditanam di musim hujan.. Tanah yang diinginkan berdrainase baik dan kesuburan tinggi, tekstur lempung berpasir dan struktur remah dengan pH 6-6,5.  Dapat dibudidayakan di lahan sawah, dengan jenis tanah bervariasi dari Aluvial, Latosol dan Andosol  (Baswarsiati et al , 1998).

V.     PENGOLAHAN TANAH
Bawang merah  membutuhkan kondisi tanah yang lebih gembur dibanding tanaman sayuran lainnya .  Oleh karenanya pengolahan tanah pada bawang merah dilakukan sampai beberapa kali hingga tanah benar-benar menjadi gembur.  Bila tanah yang digunakan merupakan tanah bekas ditanami jagung maupun tebu, maka sisa tanaman tersebut harus dibersihkan hingga akar-akarnya supaya tidak mengganggu pertumbuhan bawang merah. Dapat juga menggunakan herbisida sebelum tanah di olah untuk mematikan rumput dan gulma lainnya seperti Goal maupun Roundup yang diberikan dua minggu sebelum tanah diolah. Tanah diolah dengan cara dibajak lebih dari 4 kali hingga tanah menjadi gembur dan tanah dikeringkan lebih dari seminggu .Kemudian tanah dihaluskan lagi, setelah halus dapat dibuat bedengan dengan ukuran
Untuk musim kemarau      : tinggi bedengan 25 cm
                                                  kedalaman parit 30-40 cm
                                                  lebar parit 50 cm.
Untuk musim hujan           : tinggi bedengan 40 cm
                                                  kedalaman parit  50 cm
                                                  lebar parit 50 cm.
Pada budidaya bawang merah sangat diperlukan pembentukan bedengan, dimana adanya bedengan berfungsi agar tanaman bawang merah tidak selalu tergenang air , dan air yang disiramkan segera habis terserap.  Setelah bedengan terbentuk, maka ditaburi pupuk kotoran ternak (pupuk kandang ) yang sudah benar-benar matang, ditandai dengan kotoran ternak sudah seperti tanah yang gembur.  Dosis untuk kotoran ayam sebanyak 5 ton/ha, sedangkan untuk kotoran sapi maupun kambing sekitar 10-15 ton/ha.  Namun dosis ini bisa menjadi lebih banyak maupun lebih sedikit tergantung dari kesuburan tanah.               
Pupuk kandang yang diberikan bersamaan dengan pembuatan bedengan merupakan perlakuan pemberian pupuk dasar   .  Selain itu diberikan juga pupuk SP 36 dengan dosis 200 kg/ha swebagai pupuk dasar , yang ditaburkan merata pada seluruh permukaan bedengan. Pupuk kandang maupun SP 36 diberikan seminggu sebelum tanam. Setelah tanah dipupuk maka tanah diairi agar pupuk dapat meresap ke dalam tanah.

VI. PENANAMAN
Musim tanam optimal untuk bawang merah yaitu pada akhir musim hujan  bulan Maret – April dan musim kemarau Mei – Juni, tetapi di daerah pusat produksi dapat dijumpai penanaman bawang merah tanpa mengenal musim,  Untuk penanaman di luar musim (off season) perlu memperhatikan pengendalian hama dan penyakit lebih cermat.
Penanaman dilakukan setelah tanah dan bibit sudah dipersiapkan, dimana sebelum dilakukan penanaman tanah harus diari agar saat penanaman kondisi tanah gembur  Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa bibit sebelum ditanam lebih baik dibersihkan dan diseleksi terlebih dulu agar pertumbuhan tanaman menjadi baik.  Bila tidak diseleksi ditakutkan tercampurnya bibit yang jelek karena terserang penyakit seperti Fusarium , maka akan mengakibatkan pertanaman hancur karena Fusarium tersebut. Pembersihan bibit dilakukan sehari sebelum ditanam serta ujung bibit sudah dipotong , dan esoknya dapat dilakukan penanaman.
Untuk mempercepat proses penanaman, maka sebaiknya bedengan  yang akan ditanami sudah digariti sesuai dengan jarak tanam yang digunakan , sehingga penanaman lebih mudah dilaksanakan.  Jarak tanam yang dianjurkan yaitu 20 cm x 15 cm, namun bila umbi bibit besar maka dapat menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm.  Penanaman dilakukan dengan cara menanam 2/3 bagian umbi ke dalam tanah, sedangkan 1/3 bagiannya muncul di atas tanah.

VII.          PENINGKATAN MUTU DAN HASIL PANEN
Ø  Umur panen tergantung varietas, namun dapat menggunakan dasar :  untuk konsumsi  : 50-60 hari setelah tanam (di dataran rendah) 70-75 hari setelah tanam (di dataran tinggi kerebahan daun 70-80 % untuk umbi bibit :  65-70 hari setelah tanam (di dataran rendah) 80-90 hari setelah tanam (di dataran tinggi kerebahan daun 90 %
Ø  Waktu panen udara cerah dan tidaj basah
Ø  Keseluruhan daun tampak menguning
Ø  Sebagian umbi nampak tersembul keluar
Ø  Cara panen dengan mencabut keseluruhan tanaman secara hati-hati
Ø  Hasil panen diikat 1-1,5 kg setiap ikatan
Ø  Pelayuan atau curing sebelumbawang merah dikeringkan  dengan menjemur 2-3 hari di bawah terik sinar matahari
Ø  Pengeringan dilakukan 7-14 hari, hingga mencapai susut bobot 25-40 % atau sampai kering askip
Ø  Untuk mengetahui kesiapan umbi kering askip yaitu menyimpan sedikit contoh dalam kantong plastik putih selama 24 jam, bila sudah tidak ada titik air dalam kantong, berarti sudah mencapai kering askip
Ø  Penyimpanan bawang merah dapat dilakukan di atas perapian , menggunakan para-para bambu dan di bawahnya diberi pengasapan
Ø  Penyimpanan di ruang berventilasi sangat baik karena mempunyai sirkulasi udara yang baik dan dapat mencegah serangan hama dan penyakit seperti rumah sere dan gudang berpembangkit vorteks (mengubah aliran udara jenuh dalam gudang, dengan menghembus ke atas keluar gudang dan digantikan udara luar yang lebih bersih oleh adanya vorteks).
Ø  Sortasi dilakukan untuk memisahkan umbi yang sehat , utuh dan menarik dengan umbi yang telah rusak.  Sortasi dapat meningkatkan nilai jual dan mencegah penularan penyakit
Ø  Grading dilakukan untuk menentukan tingkat mutu produk, sehingga harga dapat ditentukan sesuai mutunya.  Grading dilakukan dalam beberapa kelas yaitu kelas I diameter > 2,5 cm, kelas II =1,5-2,5 cm , kelas III < 1,5 cm.

sehingga harga dapat ditentukan sesuai mutunya.  Grading dilakukan dalam beberapa kelas yaitu kelas I diameter > 2,5 cm, kelas II =1,5-2,5 cm , kelas III < 1,5 cm.



Minggu, 13 Maret 2016

Budidaya Tanaman secara Generatif dan Vegetatif

Jagad raya Indonesia ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Sehingga ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran. Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan salah satunya adalah sawi  dan tomat. Karena sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai  memanfaatkannya. Selain itu  potensial untuk komersial dan prospek nya sangat baik. Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek sosialnya sangat mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia.
         Di Negara Indonesia merupakan Negara yang subur dan beriklim tropis sangat cocok untuk pembudidayaan tanaman sayuran yang merupakan salah satu dari tanaman kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia yang baik bagi kesehatan, tanaman sayuran yang mudah tumbuh di daerah tropis dapat dibudidayakan menggunakan beberapa media, seperti apa dan bagaimana tekniknya  cara pembudidayaan tanaman sayuran akan penyusun bahas dalam makalah ini.
Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau setelah diolah secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut sebagai sayur-sayuran atau sayur-mayur. Sejumlah sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa dimasak sebelumnya, sementara yang lainnya harus diolah terlebih dahulu dengan cara direbus, dikukus atau diuapkan, digoreng (agak jarang), atau disangrai. Sayuran berbentuk daun yang dimakan mentah disebut sebagai lalapan.
               Sayuran diklasifikasikan sebagai tanaman hortikultura, umur panen sayuran pada umumnya relatif pendek (kurang dari satu tahun) dan secara umum bukan merupakan tanaman musiman, artinya hamper semua jenis sayuran dapat dijumpai sepanjang tahun, tidak mengenal musim. Karakteristik ini sedikir berbeda dengan jenis buah-buahn seperti manga, durian dan sebagainya yang hanya dijumpai pada musim-musim tertentu, yakni satu kali dalam satu tahun.
               Jenis-jenis sayuran yang sering dengan mudah dijumpai, baik di pasar-pasar tradisional, maupun di pasar modern meliputi wortel, tomat, sawi hijau dan utih, kangkung, buncis, bayam, seledri, daun bawang , labu siam, selada, terung, kentang, dan sebagainya.
Pengelompokan tanaman sayuran berdasarkan iklim tempat tumbuh sebagai berikut :
1.      Sayuran yang tumbuh di daerak iklim panas atau tropis, yakni daerah yang mempunyai suhu udara sekitar 25oC atau lebih , contoh dari sayuran ini yaitu : daun papaya, petai jengkol, cabai, terung, kangkung, buncis, daun salam,serai, ubi jalar, kunyit, jahe, daun singkong.
2.      Sayuran yang tumbuh didaerah iklim sedang dan subtropics, yakni daerah yang mempunyai suhu udara maksimum 22oC, contoh dari sayuran ini : wortel ,kubis (kol), brokoli, kentang, seledri, jamur, bakung dan sebagainya
  
A.    BUDIDAYA GENERATIF
Budidaya generatif adalah perbanyak yang menggunakan biji sebagai calon individu baru. Biji merupakan hasil dari pertemuan dari sel kelamin betina dan sel kelamin jantan. Awal terbentuknya biji dimulai dari fertilisasi yang merupakan gabungan antara gamet betina dan jantan yang terjadi setelah penyerbukan.
Tahap- tahap budidaya generatif dalam budidaya tanaman sayuran sebagai berikut :
1.      Persemaian
Perkecambahan adalah proses yang merupakan gabungan proses respirasi dan kerja hormon.
2.      Teknik persemian
Persemaian untuk benih yang berbiji besar dapat dilakukan dengan menanam langsung, akan tetapi yang berbiji kecil dapat dibantu dengan mencampur benih terlebih dahulu dengan pasir dan meletakkannya pada kertas.
3.      Pindah tanaman
Pelaksanaan pindah tanaman disesuaikan dengan umur masing-masing jenis tanaman, beberapa jenis tanaman ada yang cepat dan ada juga yang lambat pertumbuhannya, alternatif lain adalah dengan mencabut bibit, pegang tangkai daun dengan batangnya sekaligus dan tarik hati-hati keatas.

B.     BUDIDAYA VEGETATIF
Perbanyak vegetatif adalah perbanyak yang menggunakan material tanaman selain biji. Beberapa keuntungan dan kerugian menggunakan perbanyak vegetatif yaitu :
1.      Tanaman yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan induknya
2.      Lebih cepat menghasilkan
3.      Sangat membantu bagi tanaman yang tidak menghasilkan biji
4.      Terhindar dari serangga penyakit benih
5.      Harga jual lebih tinggi
6.      Tidak terjadi alterasi dari sifat induknya
Perbanyak vegetatif dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu vegetatif alami dan buatan, vegetatif alami yaitu perkembangbiakan makhluk hidup baru terbentuk tanpa bantuan manusia, sedangkan buatan tanaman baru terbentuk dengan buatan manusia, beberapa cara memperbanyak tanaman dengan vegetatif alami dan buatan yaitu :
7.      Vegetatif alami
Yaitu diantaranya dengan membelah diri, spora, akar tinggal, atau arizoma, umbi lapis, umbi batang, umbi akar, geragih, dan tunas
8.      Vegetatif buatan
Yaitu diantaranya dengan cara cangkok, stek batang, stek daun, temple (okulasi), sambung pucuk (enten) dan runduk.

Jumat, 11 Maret 2016

VISI DAN MISI PB. ADIT TANI



               V I S I :
Menjadi PB Terkenal dan Besar dalam Bidang Perdagangan Umum Khususnya Benih Bawang Merah Bersertifikat yang dikenal dalam Skala Nasional maupun Internasional.


          M I S I :
    1. Memproduksi Benih Bawang Merah Bersertifikat yang Unggul di bawah Pengawasan BPSB dengan kontinunitas dalam sekala kecil  maupun besar, baik di daerah maupun diluar daerah.
    2. Menjaga Mutu, Kualitas dan Kuantitas Barang Produksi Khususnya Benih Bawang Merah.
    3. Membangun Kerjasama/Kemitraan Usaha Secara Profesional dengan Badan, Institusi/Instansi, maupun Lembaga yang Terkait, Guna Berperan dalam  Program Pembangunan Nasional
    4. Berperan Aktif Menjalankan Roda Bisnis Dengan Mendukung Program Pemerintah Untuk Dapat Meningkatkan Perekonomian Bangsa.
    5. Berperan Serta Dalam Menciptakan Lapangan Pekerjaan dan Turut Serta Membangun Budaya Kerja Yang Berkualitas dan Professional.

 
Blogger Templates